Friday, October 3, 2025

 Pagi ini kuawali dengan segelas air putih dan dua pancake oat. Aku sedang tidak baik-baik saja akhir-akhir ini. Urat leher ku sering tegang, hatiku terbebani. Hidup ku secara umum tergolong mudah. Di hari ulang tahun ku ini aku telah menginjak usia 31 tahun. Aku bukan orang kaya tapi aku masih mampu membeli motor dan mencicil rumah dengan uang sendiri. Aku masih belum menempati rumah itu karena masih dalam tahap renovasi (Oh sungguh aku tidak sabar!!). Sekarang aku masih numpang di rumah orang tua ku. Karir ku aman. keuangan ku aman. Namun aku tak pernah beruntung dalam hal percintaan. 

Saat wanita-wanita lain didekati oleh banyak teman kuliah atau rekan kerja dan berakhir di pelaminan, seumur hidup ku hanya dua orang saja yang mendekati ku duluan, dan itupun kandas karena ternyata kami tidak cocok. Selain mereka berdua, aku selalu jadi yang mengejar lelaki. Aku yang menghubungi duluan, mengajak bertemu, berusaha menggoda, berusaha mencari topik yang menarik. Tapi ujung-ujungnya kandas juga karena ketidak cocokan. Bayangkan betapa lelahnya aku!! Tak jarang aku merasa para lelaki meremehkan ku. Mungkin dimata mereka aku hanyalah wanita usia 30 an yang putus asa.

Aku baru merasa cocok dan nyaman dengan lelaki yang kutemui beberapa bulan yang lalu. Putera, ia seorang ASN yang bekerja di BKAD. Dia bisa memberikan rasa nyaman yang banyak laki-laki tak bisa berikan padaku. Orangnya baik, sopan, tidak mabuk atau merokok, pengertian, tidak egois, dan mau menerima spiritualisme ku. Dia mau mengobrol denganku dan berusaha  Oang tua ku sangat menentang hubungan kami karena Putera adalah seorang Muslim, sedangkan aku berasal dari keluarga Kristen. Ayahku berkata bahwa ia hanya akan merestui bila Putera masuk Kristen. Putera berkata ia tidak akan bisa pindah agama tapi ia tidak masalah dengan rumah tangga yang berbeda agama. Dari awal pacaran kami sudah menyepakati menikah beda agama dan dia juga berkata dia tidak akan memaksa. Tapi kadang ia goyah juga. Saat sedang pacaran, dia pernah menggumam "Bagaimana bila kamu ikut (agama) aku saja?" lalu seperti tersadar dia menjawab sendiri "ah pasti akan ditentang oleh orang tua mu ya"

Hubungan kami sudah berjalan kurang lebih 8 bulan. 4 bulan pertama kami lalui dengan penuh cinta. Aku bahkan bertekad untuk pindah agama secara administrasi saja untuk bisa menikahinya asalkan dia menjamin kebebasan ku dalam berkeyakinan saat berumah tangga kelak. Sekarang aku mulai ragu. Rasa cinta menggebu-gebu yang kurasakan di awal sudah tidak ada lagi. Aku seperti tersadar bahwa konflik di masa depan terlampau berat untuk ku. Aku memang bukan Kristen yang taat, bahkan tidak setuju dengan apa yang tertulis di Alkitab. Aku tidak suka bernyanyi atau beribadah di gereja. Aku tetap kristen hanya demi menjaga perasaan orang tua ku yang merupakan penganut Kristen taat.

 Aku tidak mau bohong aku juga sebenarnya ingin beribadah sesuai keyakinan ku sendiri tapi aku enggan berkonflik dengan orang tua ku. Aku merasa takut. takut sekali dan tidak mau. Aku takut dengan orang tua ku. Aku takut pada image anak durhaka. Rasa takut ini menyiksa ku setiap hari. Rasa takut ini juga mempermalukan ku. Aku malu karena aku seperti orang yang tidak sanggup berjuang untuk prinsip hidupnya sendiri. Aku benci diriku yang ragu dalam memperjuangkan kebahagiaan ku. 

Sampai kapan aku harus merasa takut akan penilaian orang lain pada diriku? Bukankah orang yang selalu takut dihakimi adalah orang yang tidak akan mencapai kebebasan batin?

Di ruangan yang sepi ini, aku mecoba menenangkan pikiranku yang berkecamuk. Tarik napas... hembuskan....tarik napas......hembuskan.... Aku mulai merasakan dada ku sesak, perut ku sakit. Stress ku kambuh lagi. Aku mungkin akan istirahat sejenak.